Powered By Blogger

10 Maret 2011

Kota^^ di Dunia 'Dhaka,Bangladesh'

Dhaka

Dhaka (dahulu Dacca, bahasa Bengali: ঢাকা) adalah ibu kota Bangladesh. Kota ini terletak di pinggir Sungai Buriganga pada koordinat 23°42′ LU 90°22′ BT, di jantung kawasan penghasil yute terbesar di dunia. Dhaka merupakan pusat perindustrian, perniagaan dan administratif Bangladesh. Komoditas yang diperdagangkan di Dhaka antara lain beras, yute, gula dan teh. Sektor manufakturnya memproduksi tekstil, kerajinan tangan dan produk-produk dari yute (tali dan guni).
Kota berpenduduk 13.900.027 jiwa (2003) ini memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan sering menghadapi masalah banjir muson.

Dhaka dahulu merupakan ibu kota Kekaisaran Mughal. Pada saat itu, Dhaka dikenal dengan nama Jahangir Nagar sebagai bentuk penghormatan bagi Kaisar Jahangir. Dhaka dikuasai oleh Britania Raya pada 1765. Dia kemudian menjadi ibu kota Pakistan Timur pada tahun 1947, dan ibu kota Bangladesh pada 1971.
Pada 17 Agustus 2005, sedikitnya 30 ledakan bom mengguncang Dhaka. Jamaat-ul-Mujahideen, sebuah organisasi Muslim, mengklaim bertanggungjawab atas insiden tersebut.

Dhaka terbagi menjadi 10 konstitusi parlemen.
Gulshan, Dhanmondi dan Banani adalah wilayah-wilayah pemukiman, sedangkan Motijheel adalah distrik bisnis. Tempat-tempat menarik di Dhaka antara lain: Kuil Dakeshwari, Istana Bara Katra, Hoseni Dalan, Benteng Lal Bagh dan Jatiyo Sangshad Bhaban (gedung parlemen Bangladesh).
Penduduk setempat masih menggunakan becak sebagai angkutan transportasi utama. Terdapat 320.000 becak di Dhaka, 70.000 di antaranya tidak terdaftar secara resmi.


 

Kota^^ di Dunia 'Tokyo,Jepang'

Tokyo

Tokyo (東京; Tōkyō,[2] harafiah: ibu kota timur) adalah ibu kota Jepang sekaligus daerah terpadat di Jepang, serta daerah metropolitan terbesar di dunia berdasarkan jumlah penduduknya (33.750.000 di perkotaan dan sekitarnya).
Sekitar 12 juta orang tinggal di Tokyo dan ratusan ribu lainnya berpulang pergi setiap hari dari daerah sekitarnya untuk bekerja dan berbisnis di Tokyo. Tokyo adalah pusat politik, ekonomi, budaya dan akademis di Jepang serta tempat tinggal kaisar Jepang dan kursi pemerintahan negara, dan sekaligus merupakan pusat bisnis dan finansial utama untuk seluruh Asia Timur.
Tokyo mempunyai jauh lebih sedikit gedung pencakar langit dibandingkan dengan kota lain yang seukurannya karena peraturan konstruksi gempa buminya. Bangunan di Tokyo kebanyakan terdiri dari apartemen tingkat rendah (6 hingga 10 lantai) dan rumah keluarga yang sempit. Tokyo juga merupakan lokasi sistem transportasi massal paling kompleks di dunia, dan terkenal akan jam-jam sibuknya yang padat.
Tokyo secara harafiah berarti "ibu kota timur" dalam bahasa Jepang, arti yang berlawanan dengan ibu kota lama di barat, Kyoto, yang dinamakan "saikyo", berarti "ibu kota barat" untuk jangka waktu yang pendek pada abad ke-19. Hingga tahun 1870-an, Tokyo bernama "Edo". Ketika pusat kekaisaran berpindah dari Kyoto ke Edo, namanya pun diganti.

Tokyo asalnya merupakan desa perikanan kecil yang bernama Edo. Pada tahun 1457, Ota Dōkan membangun Istana Edo. Pada tahun 1590, Tokugawa Ieyasu berbasis di Edo, dan setelah menjadi shogun pada tahun 1603, kota ini menjadi pusat administrasi tentaranya untuk seluruh negara. Pada zaman Edo, Edo menjadi salah satu kota terbesar di dunia dengan jumlah penduduk mencapai sejuta orang menjelang abad ke-18.[3]
Edo menjadi ibukota de facto di Jepang[4] meskipun kaisar tinggal di Kyoto, ibu kota kerajaan. Setelah sekitar 263 tahun, pemerintah shogun digulingkan di bawah bendera pemulihan pemerintahan kaisar. Pada tahun 1869, ketika Kaisar Meiji pindah ke Edo di usia 17 tahun, Tokyo sudah menjadi pusat politik dan kebudayaan negara,[5] kemudian dijadikan ibu kota kerajaan de facto oleh istana sementara bekas Istana Edo menjadi Istana Kerajaan. Kota Tokyo didirikan lalu tetap menjadi ibu kota negara sehingga status kotanya dicabut pada tahun 1943 untuk digabungkan dengan "Wilayah Metropolitan" Tokyo.
Sayangnya, Tokyo mengalami dua bencana hebat pada abad ke-20, tetapi untungnya kota ini dapat pulih dari keduanya. Salah satunya adalah gempa bumi Kantō 1923 yang menyebabkan 140.000 penduduk tewas atau hilang,[6] dan yang kedua adalah Perang Dunia II, ketika Tokyo dibom bertubi-tubi pada tahun 1944 dan 1945, menyebabkan 75.000 hingga 200.000 orang tewas dan separuh kota hancur.[7]
Setelah perang, Tokyo dibangun kembali, dan berkilauan di mata dunia ketika Olimpiade Musim Panas 1964 diadakan di kota ini. Zaman 1970-an menyaksikan pembangunan pencakar langit seperti Sunshine 60, konstruksi bandara baru yang kontroversial[8] di Narita (yang agak jauh dari perbatasan kota) pada tahun 1978, dan peningkatan jumlah penduduk hingga sekitar 11 juta (dalam lingkungan wilayah metropolitan).
Jaringan kereta bawah tanah dan komuter Tokyo menjadi salah satu yang tersibuk di dunia[9] karena semakin banyak orang yang pindah ke wilayah Tokyo. Pada 1980-an, harga properti melangit dalam penggelembungan harga aset Jepang. Setelah gelembung itu meledak pada 1990-an, banyak perusahaan, bank, dan banyak orang yang terikat utang hipotik, sehingga terjadilah resesi besar yang membuat era 1990-an sebagai "dekade hilang" di Jepang,[10] tetapi kemudian berangsur-angsur membaik.
Proyek reklamasi tanah di Tokyo juga berlanjut selama berabad-abad lamanya, terutama di wilayah Odaiba yang dijadikan daerah belanja dan hiburan utama.

Tokyo merupakan satu dari tiga pusat keuangan dunia, bersama dengan New York dan London.[13][14] Tokyo memiliki ekonomi metropolitan terbesar di dunia. Menurut studi oleh PricewaterhouseCoopers, wilayah urban Tokyo (35,2 juta penduduk) memiliki produk domestik bruto sejumlah $1.191 triliun pada 2005 (menurut keseimbangan kemampuan berbelanja).[15] Pada tahun 2008, 47 perusahaan yang masuk kedalam daftar Fortune Global 500 berbasis di Tokyo.[16]
Economist Intelligence Unit menilai Tokyo sebagai kota dengan biaya hidup tertinggi di dunia selama 14 tahun berturut-turut hingga tahun 2006.[17]
Bursa Saham Tokyo adalah bursa saham terbesar Jepang, dan kedua terbesar di dunia menurut kapitalisasi pasar, dan keempat terbesar menurut akuisisi saham. Pada tahun 1990 di akhir masa penggelembungan harga aset Jepang, Tokyo memiliki lebih dari 60% nilai pasar saham dunia.[18]
Tokyo memiliki 8.460 ha tanah pertanian pada tahun 2003.[19] Tanah pertanian terkonsentrasi di Tokyo Barat. Sayuran, buah, dan bunga-bunga dikirim ke pasar-pasar di wilayah timur. Daun bayam Jepang dan bayam adalah sayuran yang penting; pada tahun 2000, Tokyo menyediakan 32.5% dari daun bayam Jepang.
Teluk Tokyo dahulu merupakan sumber utama ikan. Saat ini, kebanyakan dari produksi ikan Tokyo datang dari kepulauan luar, seperti Izu ŌShima dan Hachijōjima. Cakalang, nori, dan aji merupakan salah satu contoh produk perikanan.
Pariwisata di Tokyo juga banyak menyumbang terhadap ekonomi.

Tokyo memiliki banyak museum. Di Taman Ueno ada empat museum nasional: Museum Nasional Tokyo, museum terbesar di negara yang khusus untuk seni tradisional orang Jepang; Museum Nasional Seni Barat; dan Museum Nasional Tokyo Seni Modern, dengan koleksi-koleksi seni modern Jepang serta lebih 40.000 film-film Jepang dan asing.[21] Di Taman Ueno juga terdapat Museum Sains Nasional dan Kebun Binatang Ueno. Museum-museum lain meliputi Museum Seni Nezu di Aoyama; Museum Edo-Tokyo di Sumida yang melintasi Sungai Sumida dari pusat Tokyo; dan Perpustakaan Parlemen Jepang, Arsip Nasional, dan Museum Nasional Seni Modern, yang bertempat di dekat Istana Kekaisaran Tokyo.
Di Tokyo juga ada banyak teater pementasan, termasuk teater milik negara dan swasta untuk drama Jepang, baik tradisional (seperti noh dan kabuki) maupun modern. Orkestra simfoni dan bermacam-macam organisasi musik mendendangkan musik modern dan tradisional di sini. Tokyo juga menjadi tuan rumah acara musik pop dan rock Jepang dan internasional di berbagai tempat, dari klub malam hingga arena terkemuka internasional seperti Nippon Budokan.
Di seluruh Tokyo juga diadakan beraneka festival. Contohnya adalah perayaan Sannō di Kuil Hie, Sanja dan Kuil Asakusa, dan festival dwitahunan Kanda Matsuri. Perayaan Kanda meliputi arak-arakan mikoshi dan ribuan orang yang menyambutnya. Pada hari Sabtu terakhir setiap bulan Juli, pertunjukan kembang api besar-besaran di atas Sungai Sumida menarik lebih sejuta penonton. Bila bunga sakura berkembang pada musim semi, penduduk Tokyo berkumpul di Taman Ueno, Taman Inokashira, dan Kebun Negara Shinjuku Gyoen untuk berpiknik di bawah pohon bunga itu.
Harajuku, sebuah kawasan di Shibuya, terkenal di mata dunia karena fashionnya.[22]
Masakan di Tokyo dipuji di seluruh dunia. Pada November 2007, Michelin mengeluarkan panduan untuk rumah makan terbaik di Tokyo, yang meraih sejumlah 191 bintang, yaitu dua kali yang diraih oleh pesaing terdekatnya, Paris. Delapan tempat makan dikaruniai penghargaan hingga tiga bintang (Paris ada 10), sedangkan 25 lagi menerima dua bintang, dan 117 lagi mendapat satu bintang. Di kalangan delapan tempat makan besar itu, tiga buah menghidangkan masakan Jepang tradisional, dua lagi adalah toko sushi dan tiga yang selebihnya adalah restoran masakan Perancis.