Tokyo
Tokyo (東京;
Tōkyō,
[2] harafiah: ibu kota timur) adalah
ibu kota Jepang sekaligus daerah terpadat di Jepang, serta daerah
metropolitan terbesar di dunia berdasarkan jumlah penduduknya (33.750.000 di perkotaan dan sekitarnya).
Sekitar 12 juta orang tinggal di Tokyo dan ratusan ribu lainnya berpulang pergi setiap hari dari daerah sekitarnya untuk bekerja dan berbisnis di Tokyo. Tokyo adalah pusat politik, ekonomi, budaya dan akademis di Jepang serta tempat tinggal
kaisar Jepang dan kursi pemerintahan negara, dan sekaligus merupakan pusat bisnis dan finansial utama untuk seluruh
Asia Timur.
Tokyo mempunyai jauh lebih sedikit gedung pencakar langit dibandingkan dengan kota lain yang seukurannya karena peraturan konstruksi
gempa buminya. Bangunan di Tokyo kebanyakan terdiri dari apartemen tingkat rendah (6 hingga 10 lantai) dan rumah keluarga yang sempit. Tokyo juga merupakan lokasi
sistem transportasi massal paling kompleks di dunia, dan terkenal akan jam-jam sibuknya yang padat.
Tokyo secara harafiah berarti "ibu kota timur" dalam
bahasa Jepang, arti yang berlawanan dengan ibu kota lama di barat,
Kyoto, yang dinamakan "saikyo", berarti "ibu kota barat" untuk jangka waktu yang pendek pada
abad ke-19. Hingga tahun
1870-an, Tokyo bernama "
Edo". Ketika pusat kekaisaran berpindah dari Kyoto ke Edo, namanya pun diganti.
Tokyo asalnya merupakan desa perikanan kecil yang bernama Edo. Pada tahun 1457,
Ota Dōkan membangun
Istana Edo. Pada tahun 1590,
Tokugawa Ieyasu berbasis di Edo, dan setelah menjadi
shogun pada tahun 1603, kota ini menjadi pusat administrasi tentaranya untuk seluruh negara. Pada
zaman Edo, Edo menjadi salah satu kota terbesar di dunia dengan jumlah penduduk mencapai sejuta orang menjelang abad ke-18.
[3]
Edo menjadi ibukota
de facto di Jepang
[4] meskipun kaisar tinggal di
Kyoto, ibu kota kerajaan. Setelah sekitar 263 tahun, pemerintah shogun digulingkan di bawah bendera
pemulihan pemerintahan kaisar. Pada tahun 1869, ketika
Kaisar Meiji pindah ke Edo di usia 17 tahun, Tokyo sudah menjadi pusat politik dan kebudayaan negara,
[5] kemudian dijadikan ibu kota kerajaan
de facto oleh istana sementara bekas Istana Edo menjadi
Istana Kerajaan.
Kota Tokyo didirikan lalu tetap menjadi ibu kota negara sehingga status kotanya dicabut pada tahun 1943 untuk digabungkan dengan "Wilayah Metropolitan" Tokyo.
Sayangnya, Tokyo mengalami dua bencana hebat pada abad ke-20, tetapi untungnya kota ini dapat pulih dari keduanya. Salah satunya adalah
gempa bumi Kantō 1923 yang menyebabkan 140.000 penduduk tewas atau hilang,
[6] dan yang kedua adalah
Perang Dunia II, ketika Tokyo dibom bertubi-tubi pada tahun 1944 dan 1945, menyebabkan 75.000 hingga 200.000 orang tewas dan separuh kota hancur.
[7]
Setelah perang, Tokyo dibangun kembali, dan berkilauan di mata dunia ketika
Olimpiade Musim Panas 1964 diadakan di kota ini. Zaman 1970-an menyaksikan pembangunan pencakar langit seperti
Sunshine 60, konstruksi
bandara baru yang kontroversial
[8] di
Narita (yang agak jauh dari perbatasan kota) pada tahun 1978, dan peningkatan jumlah penduduk hingga sekitar 11 juta (dalam lingkungan wilayah metropolitan).
Jaringan
kereta bawah tanah dan komuter Tokyo menjadi salah satu yang tersibuk di dunia
[9] karena semakin banyak orang yang pindah ke wilayah Tokyo. Pada 1980-an, harga properti melangit dalam
penggelembungan harga aset Jepang. Setelah gelembung itu meledak pada 1990-an, banyak perusahaan, bank, dan banyak orang yang terikat utang hipotik, sehingga terjadilah resesi besar yang membuat era 1990-an sebagai "
dekade hilang" di Jepang,
[10] tetapi kemudian berangsur-angsur membaik.
Proyek reklamasi tanah di Tokyo juga berlanjut selama berabad-abad lamanya, terutama di wilayah
Odaiba yang dijadikan daerah belanja dan hiburan utama.
Tokyo merupakan satu dari tiga pusat keuangan dunia, bersama dengan
New York dan
London.
[13][14] Tokyo memiliki ekonomi metropolitan terbesar di dunia. Menurut studi oleh
PricewaterhouseCoopers, wilayah urban Tokyo (35,2 juta penduduk) memiliki
produk domestik bruto sejumlah $1.191 triliun pada 2005 (menurut
keseimbangan kemampuan berbelanja).
[15] Pada tahun 2008, 47 perusahaan yang masuk kedalam daftar
Fortune Global 500 berbasis di Tokyo.
[16]
Economist Intelligence Unit menilai Tokyo sebagai kota dengan
biaya hidup tertinggi di dunia selama 14 tahun berturut-turut hingga tahun 2006.
[17]
Bursa Saham Tokyo adalah
bursa saham terbesar Jepang, dan kedua terbesar di dunia menurut
kapitalisasi pasar, dan keempat terbesar menurut akuisisi saham. Pada tahun 1990 di akhir masa penggelembungan harga aset Jepang, Tokyo memiliki lebih dari 60% nilai pasar saham dunia.
[18]
Tokyo memiliki 8.460 ha tanah pertanian pada tahun 2003.
[19] Tanah pertanian terkonsentrasi di Tokyo Barat. Sayuran, buah, dan bunga-bunga dikirim ke pasar-pasar di wilayah timur.
Daun bayam Jepang dan
bayam adalah sayuran yang penting; pada tahun 2000, Tokyo menyediakan 32.5% dari daun bayam Jepang.
Teluk Tokyo dahulu merupakan sumber utama ikan. Saat ini, kebanyakan dari produksi ikan Tokyo datang dari kepulauan luar, seperti Izu ŌShima dan Hachijōjima.
Cakalang,
nori, dan
aji merupakan salah satu contoh produk perikanan.
Pariwisata di Tokyo juga banyak menyumbang terhadap ekonomi.
Tokyo memiliki banyak museum. Di
Taman Ueno ada empat museum nasional:
Museum Nasional Tokyo, museum terbesar di negara yang khusus untuk seni tradisional orang Jepang;
Museum Nasional Seni Barat; dan
Museum Nasional Tokyo Seni Modern, dengan koleksi-koleksi seni modern Jepang serta lebih 40.000 film-film Jepang dan asing.
[21] Di Taman Ueno juga terdapat
Museum Sains Nasional dan
Kebun Binatang Ueno. Museum-museum lain meliputi
Museum Seni Nezu di
Aoyama;
Museum Edo-Tokyo di
Sumida yang melintasi
Sungai Sumida dari pusat Tokyo; dan
Perpustakaan Parlemen Jepang, Arsip Nasional, dan
Museum Nasional Seni Modern, yang bertempat di dekat
Istana Kekaisaran Tokyo.
Di Tokyo juga ada banyak teater pementasan, termasuk teater milik negara dan swasta untuk drama Jepang, baik tradisional (seperti
noh dan
kabuki) maupun modern. Orkestra simfoni dan bermacam-macam organisasi musik mendendangkan musik modern dan tradisional di sini. Tokyo juga menjadi tuan rumah acara
musik pop dan
rock Jepang dan internasional di berbagai tempat, dari klub malam hingga arena terkemuka internasional seperti
Nippon Budokan.
Di seluruh Tokyo juga diadakan beraneka festival. Contohnya adalah perayaan Sannō di
Kuil Hie, Sanja dan
Kuil Asakusa, dan festival dwitahunan
Kanda Matsuri. Perayaan Kanda meliputi arak-arakan
mikoshi dan ribuan orang yang menyambutnya. Pada hari Sabtu terakhir setiap bulan Juli, pertunjukan
kembang api besar-besaran di atas
Sungai Sumida menarik lebih sejuta penonton. Bila bunga
sakura berkembang pada musim semi, penduduk Tokyo berkumpul di Taman Ueno,
Taman Inokashira, dan
Kebun Negara Shinjuku Gyoen untuk berpiknik di bawah pohon bunga itu.
Harajuku, sebuah kawasan di
Shibuya, terkenal di mata dunia karena fashionnya.
[22]
Masakan di Tokyo dipuji di seluruh dunia. Pada November 2007,
Michelin mengeluarkan panduan untuk rumah makan terbaik di Tokyo, yang meraih sejumlah 191 bintang, yaitu dua kali yang diraih oleh pesaing terdekatnya,
Paris. Delapan tempat makan dikaruniai penghargaan hingga tiga bintang (Paris ada 10), sedangkan 25 lagi menerima dua bintang, dan 117 lagi mendapat satu bintang. Di kalangan delapan tempat makan besar itu, tiga buah menghidangkan masakan Jepang tradisional, dua lagi adalah toko
sushi dan tiga yang selebihnya adalah restoran masakan Perancis.